Perkambangan Bisnis Properti Tahun 2021
- Posted by Admin Surya Wijaya Triindo
- On October 21, 2021
- 0
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi REI (Real Estate Indonesia), pertumbuhan bisnis properti di Indonesia meningkat hingga 30 persen. Hal ini menunjukan bahwa perputaran bisnis di bidang properti masih belum maksimal.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia telah memukul sektor properti. Namun, di tengah itu semua, peluang bisnis properti 2021 diprediksi tumbuh berkisar 20-30%. Di tengah pandemi, permintaan properti menengah ke bawah memang terdampak secara negatif. Sedangkan properti menengah ke atas mengalami peningkatan permintaan.
Sejumlah faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri properti 2021 di antaranya adalah penerapan Undang Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang diharapkan mampu memangkas birokrasi perizinan dan kepastian pengadaan lahan.
Adanya peningkatan minat investor terhadap aset logistik dan aset-aset alternatif seperti pusat data (data center) dan hunian vertikal atau tempat tinggal yang disewakan, bakal mengalami pertumbuhan. Bila skenario vaksin Covid-19 berjalan baik, peluang bisnis properti 2021 bisa tumbuh 30%
Faktor utama yang akan mendorong pertumbuhan peluang bisnis properti 2021 adalah UU Ciptaker yang akan memberi sentiment positif bagi industri properti. Selain itu, faktor demografi Indonesia juga memengaruhi peluang tersebut. Sekarang, di Jakarta, tingkat kepemilikan hanya 48%, ini jauh dibandingkan dengan Malaysia, atau China dan India.
Dalam sepuluh tahun ke depan kita akan melihat gelombang tingkat kepemilikan rumah yang pesat. Sedangkan faktor ketiga adalah adanya dukungan perbankan dalam kredit pemilikan rumah/ kredit pemilikan apartemen (KPR/KPA).
Kini, KPR/KPA dibandingkan PDB hanya sekitar 5%, ini masih sangat rendah. Kondisi itu menjadi potensi yang sangat baik bagi pertumbuhan perbankan dan tentunya bagi sektor properti. Terlebih, saat ini pembeli properti menengah dan ke bawah berkisar 80-90% memakai skema KPR/KPA.
Ketiga faktor tersebut setidaknya akan menjadi pendorong yang sangat baik bagi industri properti dalam rentang 8-10 tahun ke depan. Meningkatnya peluang bisnis properti 2021 ini seiring dengan optimisme pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi berkisar 4-5% pada tahun depan.
Saat ini masih ada segmen hunian yang cukup moncer, yakni rumah yang dibanderol di bawah Rp 1 miliar. “Pada saat new normal, properti mulai booming terutama di harga Rp 1 miliar ke bawah. Sehingga bisnis properti tahun 2020 lalu bisa menjadi acuan di tahun 2021,” ungkap Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida saat diskusi yang dipandu oleh COO BeritaSatu Media Holdings.
Sementara investasi di sektor hotel, ritel, dan perkantoran juga akan meningkat pesat pada 2021. Hal ini dimulainya kembali rencana bisnis dan penerapan strategi penggunaan aset oleh para investor di tengah momentum pemulihan ekonomi. CEO Asia Pacific JLL, Anthony Couse mengatakan, berbagai peristiwa tahun ini akan menjadikan 2021 sebagai awal siklus properti yang baru di Asia Pasifik.
“Pergeseran minat investor terhadap aset inti dan alternatif, ditambah dengan meningkatnya permintaan akan ruang perkantoran yang ramah lingkungan serta nyaman, akan menjadi prioritas strategis yang lebih penting di dunia pasca-Covid dan menjadi landasan bagi pemulihan pasar yang sedang berlangsung,” kata Anthony Couse dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/12/2020).
Menurut Anthony, meski pandemi menyebabkan banyak pekerjaan yang dilakukan dari rumah, JLL tetap yakin bahwa ruang perkantoran tetap akan menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi operasional perusahaan. Artinya, aset ini akan tetap bernilai di mata para investor.
JLL juga melihat bahwa, negara-negara dengan likuiditas kuat akan tetap menarik bagi sebagian besar investasi domestik dan mancanegara, menyusul pemulihan yang mulai terlihat pada kuartal ketiga 2020. Jepang, Cina, dan Korea Selatan berkontribusi sebesar tiga perempat dari keseluruhan aktivitas transaksi pada 2020, didorong oleh penanganan virus yang efektif, kinerja ekonomi yang tangguh, dan sumber modal domestik yang kuat.
JLL memprediksi bahwa aktivitas investasi akan terakselerasi di negara-negara tersebut, melampaui ekonomi regional lainnya. Sementara volume transaksi langsung properti komersial turun 28 persen antara kuartal pertama dan ketiga di tahun 2020, laju penurunan ini melambat setelah paruh pertama.
Menurut JLL, tingkat bunga pinjaman dan pendapatan yang rendah akan semakin memperkuat daya tarik penghasilan yang tinggi dan pertumbuhan aset yang rendah. Investor nampaknya akan berfokus pada pemasukan secara tunai, di mana sektor logistik seharusnya mengungguli sektor perkantoran di sebagian besar pasar Asia Pasifik. (*)
0 comments on Perkambangan Bisnis Properti Tahun 2021